pertemuan terakhir

Niki hanya termangu melihat rumahnya dilalap si jago merah. Kejadian begitu cepat, padahal sebelum dia pergi keluar untuk bermain, rumah yang bercat biru itu masih berdiri kokoh.
“ mah, niki pergi ke rumah sasa dulu ya” kata niki dua jam sebelum rumahnya manjadi abu.
Ibu ratna, hanya mengangguk. Dia sedang sibuk memasak untuk makan siang.
“ting tong” terdengar seseorang memencet bel dari luar.
Dengan langkah seribu, ibu beranak satu itu, mambuka pintu. Terlihat senyum mengembang di bibirnya yang merah karena lipstick.
“mirna?” ucapan itu teluncur dari mulut bu ratna. Dia tidak menyangka bahwa sahabatnya dating kerumahnya. Bu mirna adalah sahabat bu ratna dari tingkat sekolah dasar. Terakhir bertemu dengannya ketika bu kelulusan SMA. Sudah sangat lama.
Bu ratna mengajak sahabat yang sudah sangat dirindukannya itu untuk masuk. Tak kurang dari lima menit, bu ratna membawa es jeruk. Percakapan diantara mereka tak bisa dihentikan. Diselingi dengan tawa mengingat masa muda mereka.
“udah punya anak belum, mir?”
Tiba-tiba wajah itu mendung.
“aku sudah menikah dengan pria pilihan orang tuaku, kamu tahu sendiri kan na, gimana sikap orang tuaku? Tapi sampai saat ini aku belum dikaruniai seorang anak. Pasti engkau tahu kesedihanku.” Mirna mulai meneteskan air matanya.
Bu ratna memeluk erat sahabatnya itu.
“lima tahun yang lalu, rumah orang tuaku terbakar. Saat itu, aku sedang tertidur. Alhamdulilah aku masih didizinkan untuk bernafas”. Cerita bu mirna sambil menahan tangisnya.
“Bagaimana dengan suamimu?” Tanya bu ratna.
“saat itu dia sedang ke jepang, aku tidak memberitahunya karena takut dia akan khawatir, hidupku tersa hampa na, zat kimia PBDEs (polybrominated diphenyl ethers), yang digunakan sebagai pemadam api, mengakibatkan ku seperti ini. Setelah sembuh, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah ku, dank au melakukan penelitian mengenai PBDEs” tutur wanita berjilbab kuning itu.
Sejenak bu ratna hanya mengerutkan keningnya. Tak mengerti. Mengetahui hal itu bu mirna mencoba menjelaskan.
“PBDEs (polybrominated diphenyl ethers), adalah zat kimia yang digunakan untuk pemadam api. Zat kimia ini bisa ditemukan pada berbagai produk termasuk sofa, barang-barang elektronik, kain, karpet, plastik dan perangkat rumah tangga lainnya., zat kimia ini telah lama dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan.”. bu mirna mencoba menjelaskan sambil mengusap air matanya.
Bu ratna tahu betul siapa bu mirna. Sahabtnya itu memang senang dengan yang berbau sains dari tingkat sekolah dasar. Bu ratna membiarkan sahabtanya itu untuk melanjutkan ceritnya, dengan harapan, dia akan lebih tenang.
Keadaan mulai tersa tenang.
“tahu ga na, perempuan dengan kadar PBDE tinggi berisiko 30 hingga 50 persen lebih besar mengalami kesulitan hamil dibandingkan perempuan dengan kadar PBDE rendah,” terang bu mirna.
Walaupun bu ratna tidak terlau mengerti, dia mencoba mendengarkan penerangan dari sahabatnya itu.
“Hasil ini, tetap sama walaupun memperhitungkan faktor lain seperti paparan pestisida, siklus menstruasi yang tidak teratur, frekuensi berhubungan intim, berat badan, penggunaan pil KB setahun sebelum melakukan pembuahan, kebiasaan merokok, serta penggunaan alkohol dan kafein. “ papar bu mirna dengan semangat.
Tak perlu diragukan, sahabat bu ratna imni memang ahlinya tentang sains. Dia sangat menyukai sains. Bu ratna membiarkan sahabtanya itu untuk terus bercerita.
“tapi, ada hal yang belum aku pecahkan. Aku dan teman-teman kerjaku belum mengethui alasan dibalik pengaruh PBDE terhadap kehamilan secara jelas.. Hal ini karena terbatasnya studi mengenai PBDE pada manusia. Akan tetapi, studi-studi yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa zat kimia ini memicu berbagai gangguan kesehatan termasuk gangguan kehamilan. “

Setelah panjang lebar bercerita, bu mirna menganbil gelas yang berisi es jeruk itu. Haus.
Mereka bercerita panjang lebar.
“ oia, besok aku mau mengisi seminar di dekat sekolah kita.” Kata mirna dengan semangat.

Itulah perckapan yang terakhir terekam didalam rumah itu. Ledakan kompor gas yang berasal dari rumah tetangganya merambat cepat. Gudang elpiji yang berdempet dengan rumah berpagar biru itu, terbakar. Tak kurang dari sepuluh rumah hangus terbakar.
Kemudian di temukan mayat-mayat yang sudah hangus terpanggang. Dua diantaranya adalah dua orang wanita yang saling berpegangan tangan erat.

Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar